Official Website of ALFARISI SALMAN
Biography
Namanya sering sekali ia bolak-balik seenaknya. Pria kelahiran 12 Agustus ini sudah menulis sedari sekolah tingkat pertama dengan prinsip sekehendaknya semau-maunya. Cerita pertamanya bergenre scifi-komedi-super hero, yang bercerita tentang teman-teman satu sekolahnya seandainya mereka menjadi super hero. Cerita itu tidak pernah rampung karena ia mengaku teknologi yang dipakai dalam cerita terus berkembang dan kejahatan memang selalu ada di mana-mana. Mungkin suatu hari nanti, cerita yang tak pernah ia beri judul itu bisa terselesaikan.
​
Menulis adalah kegiatan disela-sela kesibukannya sekarang. Ia tak pernah menganggap menulis menjadi sebuah pekerjaan. Ia menulis karena ingin menuangkan semua kegelisahan, perasaan dan khayalan. Kalaupun sampai terbit dan terjual, ia bisa menularkan minat kepada orang lain, yaitu membaca. Dengan membaca berarti, sadar atau tidak, sudah ikut mewarisi pengetahuan kepada orang lain. Jika pengetahuan itu terwarisi dengan benar, budaya berkarya kita akan tetap lestari. Dan buku adalah buah syukur dari kecerdasan yang kita punya.
Kebun Kentang
Pak Lurah Naryo, Yan, Kusno, Ubed, Said, dan Dandi terkejut ketika seorang guru taat ibadah ditemukan tewas dengan mulut menganga. Salah satu organ dalamnya diambil. Guru itu adalah korban pertama. Setelah itu korban-korban berikutnya pun berjatuhan dengan kondisi yang sama. Ketakutan melanda Desa Rojowali. Dandi yang paling ketakutan karena lokasi jatuhnya korban adalah di lahan kosong dekat kebun kentang miliknya. Polisi sudah dikerahkan untuk mengusut kasus tersebut tetapi lurah itu didesak warga untuk mengambil keputusan lain.
"Cepat, cari orang pintar!"
Jangan Ketuk Pintu Rumah Kami
Ratih cemas mendengar kegaduhan dari balik dinding. Setelah hampir setiap malam mendengar suara-suara itu, Ratih minta kepada suaminya agar pindah rumah. Tetapi Didi tidak serius menanggapi istrinya karena mereka baru saja membeli rumah di Jalan Sumur No. 13, yang berdiri di antara lahan kosong di sebuah komplek perumahan. Permintaan Ratih agar cepat pindah itu bukan tanpa sebab. Ia ketakutan karena merasa diancam oleh suara-suara dari dinding rumah itu.
​
Suatu malam, seekor anjing mengonggong mengerikan di depan rumah. Didi sedang pergi bekerja sementara Ratih di rumah sendirian. Suara-suara dinding itu sudah tidak terdengar lagi, tetapi, malam itu, pintu rumah mereka diketuk seseorang!